November 1969. Fujimoto Hiroshi, nama asli Fujiko F. Fujio, membuat
pengumuman komik bersambung terbarunya di majalah anak-anak untuk kelas 4
SD. Waktu itu belum disebutkan apa komiknya maupun tokoh utamanya.
Fujimoto saat itu memang belum menemukan ide bagaimana dan seperti apa
komiknya. Jalan-jalan di taman ia tak menemukan ide. Sampai di rumah ia
teringat dengan kucing liar yang pernah tinggal dengannya.Tapi idenya
belum keluar. Ia lalu bermalas-malasan di sofa. Ia ketiduran. Lalu
bangun dengan kaget, tersandung mainan.
Seketika ide itu muncul:
kucing, anak laki-laki pemalas, dan mainan. “Ketemu!” katanya,
“sepertinya ini bisa.” Doraemon kemudian muncul dengan ide dasar begini:
seorang bocah pemalas kedatangan robot kucing dari masa depan yang bisa
mengeluarkan benda-benda berguna dari kantungnya.
Doraemon lahir
lewat majalah “Anak Baik”, “TK”, “SD kelas 1” s.d. “SD kelas 4” terbit
Desember 1969 untuk edisi Januari 1970, volume 1. Serial komik Doraemon
kemudian terbit terus-menerus sebanyak 1.344 yang kemudian dibukukan
menjadi 45 jilid. Selain serial komiknya, Doraemon telah menjadi serial
anime maupun film layar lebar yang sukses.
Pada 23
September 1996, di usia 62 tahun, Fujimoto Hiroshi meninggal dunia.
Sejak 1986, Fujimoto didiagnosis menderita kanker hati.
Apa dengan meninggalnya sang pengarang kisah Doraemon berakhir juga?
Perlu
diketahui Fujimoto meninggal tanpa sempat menceritakan akhir kisah
Doraemon. Namun, sejatinya, sejak awal membuat cerita Doraemon ia sudah
mengisahkan akhir kisahnya. Anda tentu ingat, sejak awal kedatangan
Doraemon dari masa depan untuk mengubah nasib Nobita. Cucunya di masa
depan, Sewashi mengirim Doraemon untuk membantu Nobita mengatasi
masalahnya sehari-hari agar kelak bisa jadi anak pintar dan sukses.
Kita juga tahu Nobita kelak bakal menikah engan Shizuka (walau tadinya
dibilang bakal menikah dengan Jaiko, adik Giant).
Ya, kita sudah tahu garis besar kisah hidup Nobita. Tapi kita tetap penasaran bagaimana persisnya kisah Doraemon tamat.
Saya tak hendak mengisahkan
ulang isi posting yang bertebaran di blog. Yang hendak saya ceritakan
sebuah kisah yang menjadi berita di koran-koran Jepang pada 2006 silam.
Pada 2005, seperti pernah dimuat koran Yomiuri Shimbun, seorang komikus
berusia 37 tahun membuat heboh Jepang dengan melukiskan akhir kisah
Doraemon. Komiknya yang dimuat di majalah fanzine (majalah bikinan fans)
laris manis. Yang membuat masalah, komik itu tak mendapat izin dari
pemilik hak cipta Doraemon.
Di jagat manga, komik macam begini
hal lumrah. Seorang fans sah-sah saja membuat komik tiruan atau parodi
dari kisah asli yang terkenal. Komik tiruan ini memiliki karakter yang
sama meski ceritanya beda, dan bisa melenceng. Komik jenis ini malah
punya sebutan khusus: doujinshi.
Lantas, mengapa doujinshi akhir kisah Doraemon ini bikin heboh?
Dalam
akhir Doraemon versinya diceritakan, Nobita datang mengadu pada
Doraemon. Tapi, Doraemon tak merespons. Dari adiknya, Dorami, diketahui
batere Doraemon habis. Tapi masalahnya, jika baterenya diganti, Doraemon
bakal hilang ingatan dan melupakan Nobita begitu bangun.
Dari
situ, Nobita bertekad untuk menjadi anak pintar agar kelak bisa
memperbaiki Doraemon. Di masa depan, saat sudah menjadi ilmuan,
beristrikan Shizuka, Nobita membangunkan lagi Doraemon dari mimpi
panjangnya. Diketahui pula, Nobita lah yang menciptakan robot Doraemon.
Oleh Dekisugi, yang menjadi presiden Jepang, hal ini disebutnya “Time
Paradox”.
Masalahnya, doujinshi akhir kisah Doraemon yang dibuat
oleh seseorang bernama samaran Yasue T.Tajima ini mirip betul dengan
komik Doraemon bikinan Fujiko F. Fujio. Komiknya dijual seharga 500 yen
di toko buku dan sudah dipamerkan di berbagai pameran fanzine sejak
Oktober 2005.
Komik akhir kisah Doraemon itu terjual lebih dari 13
ribu copy dan menjadi populer di dunia maya karena narasi dan goresan
gambarnya mirip betul komik Doraemon asli. Bahkan, tak sedikit yang
mengira komik itu asli bikinan Fujiko F. Fujio. (Begitu juga di berbagai
postingan blog yang saya temukan. Entah siapa sudah menerjemahkan komik
itu ke dalam bahasa Indonesia dan mengunggah manga-scannya ke internet.
Banyak yang mengira itu komik Doraemon asli.)
Di Jepang, soal
doujinshi Doraemon ini memicu perdebatan batasan sampai di mana sebuah
doujinshi alias komik tiruan ditolerir dan tidak melanggar hak cipta.
Penerbit
Shogakukan dan Fujio F. Fujiko Production yang memegang lisensi
Doraemon kemudian mengirim surat peringatan pada pembuat doujinshi akhir
kisah Doraemon. Selain diminta mengaku telah membuat plagiarisme,
pembuatnya juga diminta membayar sebagian hasil penjualan dari komik
fanzine-nya.
Pemilik hak cipta Doraemon sangat berkepentingan
atas nasib tokoh ciptaannya. Sebab, sudah sejak awal pengarangnya tak
membuat tamat kisahnya. Sudah menjadi kewajiban pemegang hak cipta untuk
melindungi hak-hak pengarang dari tindakan merusak karya ciptaan itu.
Tapi,
ditilik lebih jauh, alasan sebetulnya penerbit dan pemilik hak cipta
punya kepentingan kisah Doraemon tak boleh tamat. Sebab, dari situ kisah
Doraemon bisa terus diceritakan berulang-ulang dalam beragam bentuk.
Serial anime maupun filmnya terus diputar RCTI hingga kini. Selain itu,
boneka, mainan, dan beragam benda berwujud Doraemon bisa terus dijual.
Jika ada yang tanya bagaimana Doraemon tamat, jawabnya, Doraemon takkan pernah tamat !!